Minggu, 19 November 2017

Sukses Budidaya Kedelai dengan Bakteri Rhizobium

Kedelai marupakan bahan pokok makanan orang Indonesia, dari kedelai berbagai produk makanan dihasilkan, diantaranya tahu dan tempe. Siapa yang belum mengenal atau merasakan tahu dan tempe? pasti kebanyakan orang telah merasakan pangan tersebut. Selain itu tentunya masih banyak olahan makanan lainnya yang berbahan kedelai. Maka tak heran jika permintaan kedelai kian hari kian meningkat dan memaksa pemerintah memilih imfor karena petani lokal belum mampu menutupi kebutuhan kedelai tersebut.

Bagi para petani tentunya kondisi ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan yang harus dijawab dengan meningkatkan produksi kedelai supaya tidak tergantung kepada negara lain. 

Dalam rangka meningkatkan produksi kedelai ada beberapa perlakuan yang harus dilakukan oleh petani agar menjadi sukses dalam budidaya kacang kedelai.

a. Mengenal Bakteri Rhizobium
Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob (mikroserofilik), koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar leguminoceae atau keluarga kacang-kacangan. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan jaringan agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam sel-sel akar dan memperoleh makanan dari sel-sel tersebut.




Bakteri Rhizobium yang bersimbiosisme dengan tanaman dari keluarga kacang-kacangan yaitu disebut Bakteri Rhizobium Leguminosarium ini dapat mengikat Nitrogen dari udara bebas dan mengubahnya menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman. Hal ini tentunya akan membantu menurunkan penggunaan pupuk, terutama pupuk an organik yang mengandung unsur N yaitu mengurangi penggunaan pupuk urea / ZA.

a. Cara Inokulasi Rhizobium
Lahan tanaman yang masih baru atau belum pernah di tanami tanaman kacang-kacangan sebelumnya, maka sebaiknya perlu melakukan menularan / inokulasi bakteri rhizobium pada tanah bersamaan dengan waktu penanaman kedelai. Untuk lebihpraktisnya Bakteri Rhizobium saat bisa dibeli toko pertanian dengan bermacam-macam merk dagang tetapi bisa juga dengan menaburkan tanah bekas tanaman kedelai pada tanah atau bedengan yang akan ditanami kedelai dengan dosis 3-4 kwintal/ha.
adapun cara inokulasi bakteri Rhizobium yang diaplikasikan melalui benih kedelai yaitu sebagai berikut:

  • Basahi kedelai dengan cara direndam dalam air sekitar 2-3 menit sekaligus bisa membuang benih yang mengapung.
  • Tiriskan benih tersebut setelah itu bisa langsung campur bakteri rhizobium sesuai dengan takaran yang tertera pada kemasan.
  • Benih yang telah dicampur bakteri rhizobium jangan dibiarkan terkena matahari langsung, juga harus segera di tanam, jangan melebihi 12 jam, agar bakteri rhizobium tetap hidup.
Inokulasi bakteri rhizobium ini sangatlah penting, terutama untuk lahan bukaan baru yang belum ditanami kedelai, apalagi di tanah yang kurang subur, apabila tidak melakukan inokulasi maka tidak terbentuk bintil-bintil akar dengan baik.

Sabtu, 06 Desember 2014

Komponen PTT Budidaya Padi Sawah

Komponen PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah, memang di sebagian telinga masyarakat sudah tidak asing lagi, terutama petani padi, namun mungkin banyak pula mereka yang masih asing dengan istilah tersebut.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) adalah pendekatan dalam pengeloaan lahan, air, tanaman, ogranisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya pengingkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. Dengan pendekatan PTT ini telah teruji dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi secara signifikan.

Tujuan penerapan PTT padi diantaranya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu.
Prinsip penerpan PTT harus mencakup beberapa unsur berikut:
  • Integrasi, PTT harus mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani.
  • Interaksi, PTT harus bersinergi atau saling berkaitan antara dua atau lebih komponen teknologi produksi.
  • Dinamis, penerapan PPT harus selalu mengikuti perkembangan teknologi dan disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani.
  • Partisipatif, artinya harus membuka ruang bagi petani untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada pihak terkait untuk menyempurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain.

Rakitan teknologi yang diterapkan dalam PTT ini di tentukan oleh hasil analisis kebutuhan setempat yang didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang. Adapun komponen tekonologi terdiri dari:

A. Komponen Dasar


       Komponen ini merupakan komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain:
  1. Varietas modern; Varietas Unggul Baru (VUB), Varietas Unggul Hibrida (VUH), dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB),
  2. Bibit bermutu dan sehat dengan cara melakukan perlakuan benih yang baik,
  3. Pemupukan efisien menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), petak omisi, dll.
  4. PHT sesuai OPT sasaran.
B. Komponen Pilihan
         Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi spesifik lokasi, antara lain:

  1. Pengelolaan tanaman yang meliputi popoulasi dan cara tanam (legowo, larikan, 
  2. Bibit muda umur 14 hari setelah sebar (HSS) atau 21 HSS
  3. Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran,
  4. Pengairan berselang,
  5. Pupuk cair (PPC, Pupuk organik, pupuk bio-hayati, ZPT, pupuk mikro),
  6. Penangan panen dan pascapanen.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan petani yang telah dilakukan sebelumnya maka akan dapat ditentukan kira-kira teknologi apa saja yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dalam proses produksinya.

Demikian informasi yang saya buat berkaitan tentang PTT Padi sawah, untuk penjelasan secara rincinya akan kami ulas pada tulisan-tulisan yang akan datang.


Saran penulis untuk memperlancar kegiatan di lapangan sebaiknya petani bisa berkonsultasi terhadap para Petugas Pertanian Lapangan (PPL) di daerahnya masing-masing.

Sumber; Buku Panduan Pelaksanaan SL-PTT Padi, Deptan, 2008